Pada pena hati ini mula berkata. Sehari demi sehari, bebanan yang dirasa sungguh luar biasa. Selain melalui Doa, pada pena dan tulisan tertulisnya rasa dan terlakarnya kata jiwa. Sungguh pada yang lemah tiada daya, kelihatannya seperti tiada sesiapa yang dapat diharapkan lagi. Tiada apa yang hendak dibuktikan dan tiada rasa yang hendak disampaikan lagi. Tapi pada ana pena, semua itu hanyalah sedikit dugaan yang Allah timpakan untuk menguji sedalam mana kejujuran dan keikhlasan. Sungguh Allah tidak akan menzalami hamba-hambanya melainkan kita sendiri yang menzalimi hidup kita.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
[الأعراف :23]
Mafhumnya:
Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, nescaya kami termasuk orang-orang yang rugi.
[Al-Araf:23]
Sungguh pada setiap dugaan dan ujian itu terbuka satu jalan baru untuk kita ubah cara pemikiran. Terdapat satu pintu kebaikkan yang kita boleh rebut pahalanya. Tapi kita tak nampak sebabnya terlalu mengikutkan hati dan amarah semata. "Mengapa semuanya terjadi padaku, mengapa itu..., mengapa ini....?" Apa kita lupa tiap yang buruk itu disusuli dengan kebaikkan yang hanya Allah Maha Mengetahui?. Sungguh kezaliman itu pada diri kita sendiri. Tiap dugaan itu adalah satu peluang untuk kita berbakti. Setiap manusia pun diduga. Yang bedanya hanya pada bagaimana mereka melihat dugaan itu. bagaimana caranya mereka menghadapi dugaan itu dan bagaimana caranya mereka mengatasi masalah yang menimpa mereka. Dengan itu mereka peroleh satu kebaikkan disebalik dugaan yang kita seringkali anggap buruk.
Ana pena seringkali lalai dalam menerima dugaan hidup. Seringkali kehilangan sesuatu yang dikatakan sebagai penguat dalam diri. Tapi Alhamdulillah, dengan sedikit kesedaran semuanya boleh diatasi. Insya'allah~
picture credit to: i luvislam
0 ulasan:
Catat Ulasan